Molan1
(jofankleden)
Belum selesai meneguk kopi di sore
hari, om Kobus terkejut dengan kedatangan warga ke rumahnya untuk meminta
bantuan. Om Kobus terkenal dengan ilmu mengusir menaka2 di kampungnya. Setiap kali ada warga yang Blodin3 pasti warga kampung ke rumanya
untuk meminta bantuannya. Om Kobus selalu diparcayai oleh warganya semenjak ia mengusir
setan yang ada didalam tubuh mama Marta.
“om Kobus, om Kobus!!” teriak warga
kampung yang sudah berada di depan rumah om Kobus.
Om Kobus terkejut, lalu membenarkan
kain Lipa4 berwarna ungu tua dan
hijau tua kesayangannya lalu berlari kedepan rumahnya meninggalkan kopi yang
baru ia seruput tiga kali untuk melihat siapa yang memanggil dia.
“om bisa tolong kami ka? ina Peni blodin
di rumahnya” pinta warga kepada om Kobus
“aduh kasihan ee.., kalian ada dengar anjing
melolong ka didekat pohon tuak tadi?”
“iya om, tadi anjing melolong panjang dan
terus-menerus, sekitar jam empat lewat” ujar Domi anak ina Peni
“tunggu saya siap-siap dulu, kalian tunggu sebentar
di depan rumah” jawab om Kobus lalu pergi kedalam rumah untuk mengganti
pakiannya.
Om Kobus terkenal bukan hanya karena ia dapat mengusir
menaka namun dihadapan warga di
kampungya, ia adalah seorang yang baik hati serta suka menolong orang-orang yang
sedang tertimpa nasib malang. Suatu waktu, bapak Petu dan keluarga tertimpa
nasib malang, hasil panen tahunan gagal total sehingga membuat keluarganya
bapak Petu mengutang di tetangga. Melihat kejadian itu, om Kobus merasa kasihan
dengan apa yang dialami keluarga bapak Petu. Dengan inisiatif om Kobus
mengambil sebagian hasil panennya dan diberikan kepada keluarga bapak Petu. Saat
itu, banyak orang sering membicarakan kebaikan yang dilakukan oleh om Kobus.
“om bagaimana dengan keadaan ina Peni?” Tanya ama
Tomi suami dari ina Peni kepada om Kobus
“dia su aman ama, intinya dia jangan terlalu capek,
kalau dia capek orang bisa buat dia, ama. biasanya orang yang capek dan pikiran
kosong itu, menaka suka sekali untuk masuk
ke tubuh karena gampang dirasuki” jelas om Kobus setelah selesai mengusir menaka didalam tubuh ina Peni.
Setelah mengusir roh jahat dari dalam tubuh ina
Peni. Kebiasaan orang kampung, ketika seseorang telah membantu pasti akan
diberikan jamuan berupa minuman untuk menjadi tanda ucapan terimkasih. Hal ini
sudah menjadi kebiasaan turun-temurun yang telah dijaga erat hingga saat ini.
Sama halnya yang dilakukan ama Tomi kepada om Kobus dan sambil bercerita.
“om, boleh
tahu siapa yang masuk di ina Peni tadi?” Tanya ama Tomi
“itu menaka, ada
orang kampung kita sendiri. jadi selalu jaga ina karena mereka tidak suka
dengan keluarga kalian. saya tidak bisa kasih tau siapa dia ama, intinya kalian
harus selalu jaga diri baik-baik” jelas om Kobus sambil menyeruput kopi pahit
kesukaan dia.
***
Dua minggu setelah keajadian ina
Peni. Om Kobus jatuh sakit, ia seorang diri merawat dirinya sendiri. Om Kobus
hidup sebatang kara, disaat istrinya meninggal dunia lima tahun lalu karena
sakit. Istrinya meninggal disaat anak laki-laki tunggal lolos seleksi akademi
tentara. Di saat bersamaan, banyak orang mengaitkan kejadian itu dengan menaka, ketika ada orang yang berhasil
maka senjata paling ampuh bagi menaka
adalah dengan membuat seseorang itu berada dalam kesialan bahkan hingga
meninggal. Saat kejadian itu, banyak orang mengait-ngaitkan dengan anaknya om
Kobus dan istrinya om kobus namun om Kobus menepis isu itu dengan mengatakan
bahwa semua orang akan dipanggil Tuhan dan Tuhan punya rencana besar bagi
umatNya.
Mendengar kabar om Kobus jatuh
sakit, om Banus selaku ketua dusun langsung pergi menjenguk om Kobus. Om Kobus
merasa senang karena ada orang yang menyempatkan dirinya untuk melihat
keadaanya. Om Kobus terbaring lemah di tempat tidurnya. Ia tidak bangun karena
kakinya tidak bisa digerakan. Om Kobus merasa bersyukur karena anaknya tidak
melupakanya. Anaknya jugas sering mengirim uang untuk kebutuhan dari om Kobus.
“om Kobus punya keadaan bagaimana?”
Tanya bapa Urban
“saya baik-baik saja bapa. ini sakit
biasa saja.tapi kaki saya susah untuk digerakan” jawab om Kobus sambil senyum
kecil
“saya dengar dari ama Tomi waktu
pulang dari rumahnya. om Kobus lewat depan rumahnya om Beni. om Kobus sempat
tegur dia tapi dia tidak balas tegur om Kobus. saya dengar juga dia juga molan me’an5 di kampung kita ini. siapa
saja yang dia tidak suka pasti dia cari cara untuk ganggu hingga meninggal”
jelas bapa Urban yang sedang duduk mengisap rokonya.
Om Beni terkenal dengan ilmu molan yang sama dengan om Kobus di
kampung. Namun ilmunya ini tidak digunakan dengan baik untuk membantu orang. Om
Beni menggunakan ilmunya untuk mencelakakan orang demi apa yang ia inginkan. Setiap
kali, anjing melolong sore hari di depan tuak, didekat rumah om Beni berarti
ada orang yang akan sakit atau ada orang yang akan meninggal dunia. Sudah tiga
kali orang meninggal saat anjing melolong didepan rumah dekat pohon tuak,
pertama Om Yunus meninggal dunia saat pulang bawa hasil panen, lalu oma Yustina
meninggal didalam kamarnya sendiri dan istri dari om Kobus sakit lalu meninggal
saat anaknya lulus akademi tentara. Orang-orang mulai mengaitkan peristiwa itu
karena tepat dirumanya om Beni anjing selalu melolong.
“memang di sore hari anjing banyak
melolong. kita di kampung masih kental dengan budaya jadi wajar kalo anjing
melolong begitu. tidak apa-apa, bapa Urban” jelas om Kobus.
Bapa Urban dan om Kobus mulai
mengisap rokok dan mulai bercerita tentang kampung mereka. Mereka merasa
akhir-akhir ini kampung mereka begitu plate6
dan banyak sekali yang sakit lalu meninggal dunia. Mereka berdua sempat berunding
untuk meminta tetua adat untuk melakukan seremonial adat agar lewo
glete7.
***
Setelah sembuh dari sakit, bapa
Urban lalu datang ke rumah om Kobus untuk segera menyampaiakan perihal
permohonan mereka untuk milihat kampung. Sesampainya di rumah tetua adat, perundingan
dimulai, percakapan mereka makin elot dan lama. Satu jam lebih mereka berbicara
kapan dan apa saja yang harus disiapkan untuk glete lewo. Setelah perundingan itu selesai gong di kampung mulai
dibunyikan untuk memanggil kepala suku untuk berbicara adat.
Tepat dihari jumat sore semua orang
dalam kampung berhenti dari segala aktivitas rumah, kebun dan disekolah. Semua
orang wajib mengikuti serangkaian acara
adat untuk mendapat berkat dari leluhur agar bisa terjaga dari marabahaya.
Setiap suku sudah disampaikan untuk membawa
hasil panen lalu dipersembahkan kepada ama
rera wulan ina tana ekan8. Setelah
semua hasil panen dikumpulkan, tetua ada memulai dengan acara puncak dengan
memotong babi satu ekor dan darahnya akan diberi tanda pada dahi setiap orang
kampung.
Semua orang kampung ikut merayakan
acara adat kampung mereka dan merasa bahagia. Namun berbanding terbalik dengan
om Beni. Om Beni tidak sempat hadir acara adat karena sakit yang dialaminya
sebelum acara adat berlangsung.
“om Kobus, om Beni ada dimana. acara
adat sesakral ini dia tidak sempat hadir” Tanya ama Tomi ke om Kobus
“om Beni kayaknya lagi sakit berat. dia
sakit dari hari rabu sore. nanti kita pergi kunjung dia saja” om Kobus sebagai mola juga sudah mengetahui alasan kenapa
om Beni tidak hadir namun om Kobus menyembunyikan rahasia ini karena, ia takut
warga akan marah kepada om Beni.
“baik om Kobus, mari kita rayakan
acara adat kita” ujar ama Tomi.
Jam menunjukan pukul tujuh malam. Om
Kobus beserta beberapa laki-laki kampung masih berada di rumah adat. Mereka
masih menikmati tuak putih yang disediakan. Banyak perbincangan yang mereka
bicarakan, canda dan tawa tergurat di atas pipi mereka. Bagi mereka momen ini
paling dinantikan karena acara adat ini dapat mempersatukan tali persaudaraan
warga kampung. Belum sempat meneguk tuak putih, anjing melolong keras didepan
pohon tuak dekat rumah om Beni. Ina Peni berlari ke arah om Kobus dan beberapa
laki-laki.
“aduh om, om mereka tolong lihat om
Beni dulu. Om Beni blodin di dia
punya rumah” ina Peni terengah-engah berlari untuk memberitahu om Kobus dan
para lelaki kampung.
“aiyaaa, dia blodin dari tadi ka ina?” Lukas bertanya dengan wajah penuh cemas.
“mari, kita lihat dia di rumanhya”
tegas om Kobus
Mereka semua beranjak dan meninggalkan segala
sesuatu di rumah adat. Sebelum mereka pergi om Kobus meminta restu leluhur dan
Tuhan untuk bisa membantu dia mengusir roh jahat yang ada di dalam tubuh om
Beni. Setibanya mereka di rumah om Beni. Om Beni mulai takut melihat dengan
kedatangan om Kobus.
“Kobus kau buat apa disini, pergi kau!! kau kira
saya tidak tahu kau”
“kau siapa yang berani masuk ke tubuhnya Beni?” Tanya
om Kobus saat dirinya berdiri tepat dihadapannya.
“saya yang buat kalian semua mati di kampung ini”
jawab om Beni dengan suara berat
“semua orang bisa keluar, biarkan saya dan Beni
sendiri di dalam kamar. sebelum itu, bisa ambil salib, garam, sirih kasih ke
saya”
Semua orang mengikuti arahan dari om Kobus. Semua orang
keluar dan meninggalkan om Kobus dan om Beni di dalam kamar. Mereka khawatir
apa yang akan yang terjadi kepada om Kobus dan Om Beni karena hampir satu jam
mereka menantikan pintu dibuka. Namun, selang beberapa saat om Kobus keluar dan
memberitahu bahwa om Beni talah meninggal dunia. Om Beni sempat menyapaikan
permohonan maaf kepada seluruh warga atas ketidaknyamanan yang ia buat selama
ini. Om Kobus sempat mengeluarkan air mata disaat mendengar pernyataan dari om
Beni bahwa yang membunuh istrinya adalah om Beni sendiri. Namun om Kobus
berlapang dada menerima semua kenyataan yang ada.
“om Beni berpesan nanti jenasahnya akan disemayamkan
didekat ibunya” ungkap Om Kobus menahan haru di hadapan warga.
Dan pada hari pemakaman keluarga
dari om Beni tidak ada satupun yang datang untuk menjenguk. Merasa iba dengan
kejadian itu, om Kobus mengatakan akan menanggung semua biaya pemakaman om
Beni.
Setelah kajadian itu, anjing di kampung
mereka sudah jarang melolong dan anak-anak sudah bermain dengan senang di lapangan
bola didekat rumah om Beni.
ket:
1
molan :
dukun
2
menaka : setan/suanggi
3
blodin :
kesurupan
4
lipa : kain sarung
5
molan me’a : dukun merah
6
plate : panas
7
lewo glete : kampung dingin
8
ama rera wulan ina tana eka : Tuhan langit dan bumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar