Kamis, 05 Desember 2024

 

Molan1

(jofankleden)


(ilustrasi dari google)

 

            Belum selesai meneguk kopi di sore hari, om Kobus terkejut dengan kedatangan warga ke rumahnya untuk meminta bantuan. Om Kobus terkenal dengan ilmu mengusir menaka2 di kampungnya. Setiap kali ada warga yang Blodin3 pasti warga kampung ke rumanya untuk meminta bantuannya. Om Kobus selalu diparcayai oleh warganya semenjak ia mengusir setan yang ada didalam tubuh mama Marta.

            “om Kobus, om Kobus!!” teriak warga kampung yang sudah berada di depan rumah om Kobus.

            Om Kobus terkejut, lalu membenarkan kain Lipa4 berwarna ungu tua dan hijau tua kesayangannya lalu berlari kedepan rumahnya meninggalkan kopi yang baru ia seruput tiga kali untuk melihat siapa yang memanggil dia.

“om bisa tolong kami ka?  ina Peni blodin di rumahnya” pinta warga kepada om Kobus    

“aduh kasihan ee.., kalian ada dengar anjing melolong ka didekat pohon tuak tadi?”

“iya om, tadi anjing melolong panjang dan terus-menerus, sekitar jam empat lewat” ujar Domi anak ina Peni

“tunggu saya siap-siap dulu, kalian tunggu sebentar di depan rumah” jawab om Kobus lalu pergi kedalam rumah untuk mengganti pakiannya.

Om Kobus terkenal bukan hanya karena ia dapat mengusir menaka namun dihadapan warga di kampungya, ia adalah seorang yang baik hati serta suka menolong orang-orang yang sedang tertimpa nasib malang. Suatu waktu, bapak Petu dan keluarga tertimpa nasib malang, hasil panen tahunan gagal total sehingga membuat keluarganya bapak Petu mengutang di tetangga. Melihat kejadian itu, om Kobus merasa kasihan dengan apa yang dialami keluarga bapak Petu. Dengan inisiatif om Kobus mengambil sebagian hasil panennya dan diberikan kepada keluarga bapak Petu. Saat itu, banyak orang sering membicarakan kebaikan yang dilakukan oleh om Kobus.

“om bagaimana dengan keadaan ina Peni?” Tanya ama Tomi suami dari ina Peni kepada om Kobus

“dia su aman ama, intinya dia jangan terlalu capek, kalau dia capek orang bisa buat dia, ama. biasanya orang yang capek dan pikiran kosong itu, menaka suka sekali untuk masuk ke tubuh karena gampang dirasuki” jelas om Kobus setelah selesai mengusir menaka didalam tubuh ina Peni.

Setelah mengusir roh jahat dari dalam tubuh ina Peni. Kebiasaan orang kampung, ketika seseorang telah membantu pasti akan diberikan jamuan berupa minuman untuk menjadi tanda ucapan terimkasih. Hal ini sudah menjadi kebiasaan turun-temurun yang telah dijaga erat hingga saat ini. Sama halnya yang dilakukan ama Tomi kepada om Kobus dan sambil bercerita.

 “om, boleh tahu siapa yang masuk di ina Peni tadi?” Tanya ama Tomi

“itu menaka, ada orang kampung kita sendiri. jadi selalu jaga ina karena mereka tidak suka dengan keluarga kalian. saya tidak bisa kasih tau siapa dia ama, intinya kalian harus selalu jaga diri baik-baik” jelas om Kobus sambil menyeruput kopi pahit kesukaan dia.

***

            Dua minggu setelah keajadian ina Peni. Om Kobus jatuh sakit, ia seorang diri merawat dirinya sendiri. Om Kobus hidup sebatang kara, disaat istrinya meninggal dunia lima tahun lalu karena sakit. Istrinya meninggal disaat anak laki-laki tunggal lolos seleksi akademi tentara. Di saat bersamaan, banyak orang mengaitkan kejadian itu dengan menaka, ketika ada orang yang berhasil maka senjata paling ampuh bagi menaka adalah dengan membuat seseorang itu berada dalam kesialan bahkan hingga meninggal. Saat kejadian itu, banyak orang mengait-ngaitkan dengan anaknya om Kobus dan istrinya om kobus namun om Kobus menepis isu itu dengan mengatakan bahwa semua orang akan dipanggil Tuhan dan Tuhan punya rencana besar bagi umatNya.

            Mendengar kabar om Kobus jatuh sakit, om Banus selaku ketua dusun langsung pergi menjenguk om Kobus. Om Kobus merasa senang karena ada orang yang menyempatkan dirinya untuk melihat keadaanya. Om Kobus terbaring lemah di tempat tidurnya. Ia tidak bangun karena kakinya tidak bisa digerakan. Om Kobus merasa bersyukur karena anaknya tidak melupakanya. Anaknya jugas sering mengirim uang untuk kebutuhan dari om Kobus.

            “om Kobus punya keadaan bagaimana?” Tanya bapa Urban

            “saya baik-baik saja bapa. ini sakit biasa saja.tapi kaki saya susah untuk digerakan” jawab om Kobus sambil senyum kecil

            “saya dengar dari ama Tomi waktu pulang dari rumahnya. om Kobus lewat depan rumahnya om Beni. om Kobus sempat tegur dia tapi dia tidak balas tegur om Kobus. saya dengar juga dia juga molan me’an5 di kampung kita ini. siapa saja yang dia tidak suka pasti dia cari cara untuk ganggu hingga meninggal” jelas bapa Urban yang sedang duduk mengisap rokonya.

            Om Beni terkenal dengan ilmu molan yang sama dengan om Kobus di kampung. Namun ilmunya ini tidak digunakan dengan baik untuk membantu orang. Om Beni menggunakan ilmunya untuk mencelakakan orang demi apa yang ia inginkan. Setiap kali, anjing melolong sore hari di depan tuak, didekat rumah om Beni berarti ada orang yang akan sakit atau ada orang yang akan meninggal dunia. Sudah tiga kali orang meninggal saat anjing melolong didepan rumah dekat pohon tuak, pertama Om Yunus meninggal dunia saat pulang bawa hasil panen, lalu oma Yustina meninggal didalam kamarnya sendiri dan istri dari om Kobus sakit lalu meninggal saat anaknya lulus akademi tentara. Orang-orang mulai mengaitkan peristiwa itu karena tepat dirumanya om Beni anjing selalu melolong.

            “memang di sore hari anjing banyak melolong. kita di kampung masih kental dengan budaya jadi wajar kalo anjing melolong begitu. tidak apa-apa, bapa Urban” jelas om Kobus.

            Bapa Urban dan om Kobus mulai mengisap rokok dan mulai bercerita tentang kampung mereka. Mereka merasa akhir-akhir ini kampung mereka begitu plate6 dan banyak sekali yang sakit lalu meninggal dunia. Mereka berdua sempat berunding untuk meminta tetua adat untuk melakukan seremonial adat agar  lewo glete7.

***

            Setelah sembuh dari sakit, bapa Urban lalu datang ke rumah om Kobus untuk segera menyampaiakan perihal permohonan mereka untuk milihat kampung. Sesampainya di rumah tetua adat, perundingan dimulai, percakapan mereka makin elot dan lama. Satu jam lebih mereka berbicara kapan dan apa saja yang harus disiapkan untuk glete lewo. Setelah perundingan itu selesai gong di kampung mulai dibunyikan untuk memanggil kepala suku untuk berbicara adat.

            Tepat dihari jumat sore semua orang dalam kampung berhenti dari segala aktivitas rumah, kebun dan disekolah. Semua orang wajib  mengikuti serangkaian acara adat untuk mendapat berkat dari leluhur agar bisa terjaga dari marabahaya.

            Setiap suku sudah disampaikan untuk membawa hasil panen lalu dipersembahkan kepada ama rera wulan ina tana ekan8. Setelah semua hasil panen dikumpulkan, tetua ada memulai dengan acara puncak dengan memotong babi satu ekor dan darahnya akan diberi tanda pada dahi setiap orang kampung.

            Semua orang kampung ikut merayakan acara adat kampung mereka dan merasa bahagia. Namun berbanding terbalik dengan om Beni. Om Beni tidak sempat hadir acara adat karena sakit yang dialaminya sebelum acara adat berlangsung.

            “om Kobus, om Beni ada dimana. acara adat sesakral ini dia tidak sempat hadir” Tanya ama Tomi ke om Kobus

            “om Beni kayaknya lagi sakit berat. dia sakit dari hari rabu sore. nanti kita pergi kunjung dia saja” om Kobus sebagai mola juga sudah mengetahui alasan kenapa om Beni tidak hadir namun om Kobus menyembunyikan rahasia ini karena, ia takut warga akan marah kepada om Beni.

            “baik om Kobus, mari kita rayakan acara adat kita” ujar ama Tomi.

            Jam menunjukan pukul tujuh malam. Om Kobus beserta beberapa laki-laki kampung masih berada di rumah adat. Mereka masih menikmati tuak putih yang disediakan. Banyak perbincangan yang mereka bicarakan, canda dan tawa tergurat di atas pipi mereka. Bagi mereka momen ini paling dinantikan karena acara adat ini dapat mempersatukan tali persaudaraan warga kampung. Belum sempat meneguk tuak putih, anjing melolong keras didepan pohon tuak dekat rumah om Beni. Ina Peni berlari ke arah om Kobus dan beberapa laki-laki.

            “aduh om, om mereka tolong lihat om Beni dulu. Om Beni blodin di dia punya rumah” ina Peni terengah-engah berlari untuk memberitahu om Kobus dan para lelaki kampung.

            “aiyaaa, dia blodin dari tadi ka ina?” Lukas bertanya dengan wajah penuh cemas.

            “mari, kita lihat dia di rumanhya” tegas om Kobus

Mereka semua beranjak dan meninggalkan segala sesuatu di rumah adat. Sebelum mereka pergi om Kobus meminta restu leluhur dan Tuhan untuk bisa membantu dia mengusir roh jahat yang ada di dalam tubuh om Beni. Setibanya mereka di rumah om Beni. Om Beni mulai takut melihat dengan kedatangan om Kobus.

“Kobus kau buat apa disini, pergi kau!! kau kira saya tidak tahu kau”

“kau siapa yang berani masuk ke tubuhnya Beni?” Tanya om Kobus saat dirinya berdiri tepat dihadapannya.

“saya yang buat kalian semua mati di kampung ini” jawab om Beni dengan suara berat

“semua orang bisa keluar, biarkan saya dan Beni sendiri di dalam kamar. sebelum itu, bisa ambil salib, garam, sirih kasih ke saya”

Semua orang mengikuti arahan dari om Kobus. Semua orang keluar dan meninggalkan om Kobus dan om Beni di dalam kamar. Mereka khawatir apa yang akan yang terjadi kepada om Kobus dan Om Beni karena hampir satu jam mereka menantikan pintu dibuka. Namun, selang beberapa saat om Kobus keluar dan memberitahu bahwa om Beni talah meninggal dunia. Om Beni sempat menyapaikan permohonan maaf kepada seluruh warga atas ketidaknyamanan yang ia buat selama ini. Om Kobus sempat mengeluarkan air mata disaat mendengar pernyataan dari om Beni bahwa yang membunuh istrinya adalah om Beni sendiri. Namun om Kobus berlapang dada menerima semua kenyataan yang ada.

“om Beni berpesan nanti jenasahnya akan disemayamkan didekat ibunya” ungkap Om Kobus menahan haru di hadapan warga.

            Dan pada hari pemakaman keluarga dari om Beni tidak ada satupun yang datang untuk menjenguk. Merasa iba dengan kejadian itu, om Kobus mengatakan akan menanggung semua biaya pemakaman om Beni.

            Setelah kajadian itu, anjing di kampung mereka sudah jarang melolong dan anak-anak sudah bermain dengan senang di lapangan bola didekat rumah om Beni.

 

ket:

1 molan                  : dukun

2 menaka               : setan/suanggi

3 blodin                  : kesurupan

4 lipa                     : kain sarung

5 molan me’a        : dukun merah

6 plate                   : panas

7 lewo glete          : kampung dingin

8 ama rera wulan ina tana eka        : Tuhan langit dan bumi

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Suatu Hari di Beranda Rumah (jofankleden) (ilustrasi dari google)                 Ibu membuatkan aku teh dan ubi goreng kesukaanku. ...